Menjalani suatu hubungan layaknya memainkan sebuah film atau drama yang memiliki setting-an alur. Akan ada permulaan, isi cerita dengan berbagai macam konflik dengan penyelesaiannya, kemudian bagian akhir sebagai penutup.
Permulaan cinta biasanya dilalui
dengan berbagai hal yang manis dan menyenangkan, tetapi tak semunya memiliki
permulaan yang semulus itu. Setiap orang memiliki grafik yang berbeda dalam
setiap hubungan percintaan mereka. Mungkin banyak yang merasakan, semakin lama suatu hubungan, grafik bergerak naik, namun tak sedikit pula yang mengalami penurunan seiring
berjalannya waktu, lalu bagaimana untuk mereka yang memiliki grafik naik turun? Yap!
Berbahagialah karena percintaan kalian penuh warna, penuh pembelajaran, dan
semoga grafik tersebut saat ini sedang naik. Hmm, untuk yang
datar? Apa kalian sudah yakin yang kalian jalani adalah sebuah hubungan “cinta”?
Mari kita bandingkan percintaan
dalam adegan film dan juga dalam kehidupan nyata. Dalam film, pastilah kita
menemukan dua tipe grafik hubungan, naik dan naik-turun. Untuk grafik naik
biasanya si pemeran akan bersakit-sakit dahulu lalu berbahagia di penghujungnya.
Untuk yang memiliki grafik naik turun, si pemeran yang memiliki kisah
percintaan yang sempurna kemudian mengalami konflik dan tetap berakhir bahagia,
atau berakhir dengan air mata. Kemudian tak terlepas dari para penonton yang
mengomentari alur cerita tersebut. Komentar pro dan kontra menjadi hal yang tak
dapat dipisahkan dalam bagian ini, termasuk juga hikmah dari cerita yang dapat
diambil oleh para penonton. Ya memang, kadang orang lainlah yang menjadikan
kisah kita sebagai bahan pembelajaran mereka ketimbang kita yang menjadi
pemeran utamanya.
Menurut saya, kisah cinta
terlalu mainstream jika disamakan
dengan drama, film, dan sejenisnya. Menjalin hubungan cinta seperti
mengerjakan soal TOEFL. Ada beberapa macam bagian yang harus dilalui dan
setiap bagiannya memiliki kesulitan yang berbeda. Tiga bagian seperti listening comprehension, structure and written
expression, and reading comprehension.
Dalam listening comprehension kita membutuhkan pendengaran, fokus,
penalaran, serta pemahaman yang baik terhadap apa yang kita dengarkan, dan untuk
menyelesaikan bagian ini kita membutuhkan strategi untuk mengatasi kesulitan yang akan kita temui sehingga kita dapat dengan mudah
menyelesaikannya. Dalam hubungan percintaan juga terdapat bagian ini. Mendengarkan. Dalam
bagian ini kita belajar menjadi pendengar yang baik, dan dengan mendengarkan, kita dapat belajar memahami dan mengerti pasangan kita. Sepertinya terlihat mudah, tetapi tak sedikit yang gagal dalam hal ini. Kurangnya pemahaman,
penalaran, dan pengertian yang baik akan menimbulkan terjadinya miskomunikasi yang biasanya
berujung kepada pertengkaran dan berakhirnya suatu hubungan. Butuh strategi
agar tahap ini dapat ditangani dengan
baik serta kerja sama antar pasangan layaknya kerja sama yang baik antara
telinga, pikiran, dan tangan dalam menyelesaikan listening comprehension.
Di bagian selanjutnya
ada structure and written expression. Pada bagian ini kita dituntut untuk tahu mana yang salah dan benar,
dan juga mana yang paling tepat. Kita juga dituntut untuk mencari bagian atau
kata mana yang salah dalam sebuah kalimat. Dalam hal ini dibutuhkan kecermatan, ketelitian, dan
kecerdasan. Begitu juga dalam suatu hubungan, kita akan dihadapkan oleh
pilihan-pilihan yang sulit, dimana kita diharuskan untuk memutuskan pilihan yang
benar dan yang terbaik, membenarkan beberapa kekeliruan yang terjadi,
serta mencermati apa yang mengganjal dan yang salah demi suatu hubungan yang kembali
mulus dan berada pada jalurnya. Kita akan menemui beberapa hal yang sangat
membingungkan untuk diselesaikan dan ditebak jalan keluarnya, seperti wajarnya soal yang sulit dan membingungkan dalam structure and written expression yang
bukan berarti tidak ada jawaban yang tepat untuk itu, dan tentu saja kita dapat
menggunakan strategi untuk menyelesaikan kesulitan-kesulitan tersebut. Strategi umum dalam hal ini ialah tidak
terburu-buru dalam bertindak dan memilih keputusan, fokus dengan apa yang
sedang dihadapi, tenang saat menghadapinya, dan mampu menganalisa permasalahan
yang terjadi agar dapat dengan mudah menemukan solusi dari permasalahan tersebut.
Terakhir adalah bagian reading comprehension. Membaca adalah bagian yang paling membutuhkan banyak waktu. Kita harus mengetahui ide pokok dari sebuah wacana, mencari bagian-bagian yang penting, mencermati apa yang banyak dibicarakan dalam topik tersebut, mencari penjelasan dari setiap wacana, manfaat atau makna dari yang tertulis, mencari persamaan kata, dan bahkan mencari perbedaan atau apa yang salah dalam wacana tersebut. Lalu apa kaitannya hubungan cinta dengan bagian ini? Dalam bagian ini kita akan mengenali seperti apa pasangan kita. Kita akan mendapat pengetahuan baru tentang pasangan kita seperti bagaimana sifat-sifatnya, bagaimana pola pikirnya, bagaimana cara menghadapinya, bagaimana kita memahaminya, bagaimana menyamakan atau menyandingkan pribadi kita dengan miliknya, dan segala macam yang berkaitan dengannya. Kita dapat dengan mudah melakukannya jika kita mengetahui strategi dalam menjalani hubungan seperti mencermati bagaimana dia mengemukakan pendapat, bagaiamana dia menghadapi suatu masalah, bagaimana dia menilai sesuatu, bagaimana cara dia bersosialisasi, dan sebagainya. Setiap orang akan memiliki strategi yang berbeda pada bagian ini. Bagian ini menjadi bagian yang terakhir sebagai pelengkap bagian-bagian sebelumnya. Semua membutuhkan strategi yang berbeda. Perjalanan cinta ini kurasa sangat tepat dianalogikan dengan TOEFL. Saat kita gagal dalam mengerjakan satu tes, maka dalam mengerjakan tes selanjutnya kita akan lebih banyak belajar bagaimana strategi yang tepat agar mendapatkan hasil yang jauh lebih baik. Dalam TOEFL yang gagal, kita juga akan menemui beberapa kesalahan, kesulitan, serta kecerobohan yang dapat kita evaluasi dan perbaiki untuk mengikuti tes berikutnya. Begitu seterusnya sampai kita mencapai hasil TOEFL yang memuaskan dan sesuai target.
Jadi, mau dianalogikan seperti
apa kisah cintamu? Setuju dengan analogiku? atau memiliki analogi yang lebih
anti-mainstream?
Hello Love..
Hello TOEFL..
Let’s be friend :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar