Jumat, 13 November 2015

Apakah salah?


Entah kapan tepatnya rasa itu datang. Awalnya hanya mengisi sela-sela kosong di relung hati kemudian menyebar tak terhentikan bagai virus yang menggerogoti setiap butir sel dalam tubuh. Mungkin memang benar hatiku terlalu luas untuk menerima beberapa, tetapi satu yang ku tau, hatiku juga sangat cepat menyeleksi siapa yang harus dikeluarkan dalam slot-slot yang seharusnya tidak diisi. 


Dia yang sangat sulit ku ekspektasikan. Berada di dekatnya menjadi suatu hal yang sangat ku nantikan dan tak pernah terasa membosankan, bahkan tanpa berbincang sekalipun. Banyak hal yang riskan untuk kami perbincangkan justru yang membuat kami semakin dekat. Ingin sekali rasanya bersandar di bahunya, atau merasakan sentuhan lembutnya di kepalaku. Pernah dua kali aku memimpikannya, berada sedekat mungkin dengannya, melakukan suatu hal yang tak mungkin dapat kami lakukan di dunia nyata. Saat beberapa hari dia pulang rasanya seperti ada yang hilang di rumah singgah kami. Ah aku tidak bisa berlama-lama tak melihatnya. Mungkin ini semua seharusnya tak terjadi padaku, kita terlalu berbeda, sangat berbeda. Aku sudah lelah mengelak sejak awal bahwa kami tidak akan mungkin menjalin sesuatu yang lebih. Aku sering sekali mengabaikan dan mengalihkan perasaanku padanya. Aku hanya ingin menghindari sesuatu yang menurutku terlalu rumit kedepannya. Tapi apa daya, rasa itu makin bertumbuh pesat. Setelah semua ekspektasiku terhadapnya salah total. Dia yang benar-benar di luar dugaanku. Seseorang yang sangat sulit untuk ditolak dan dihindari. Pertemuan dengannya menjadi suatu hal yang sangat kunanti setelah kegiatan kami di suatu desa usai. Ingin sekali memeluknya, tapi apa daya aku hanya bisa mencubit lengannya dan mengalihkan perasaanku ke orang lain. Yang aku tau pun saat itu dia menyukai perempuan lain yang juga temanku. Tidak, di hari pertemuan setelah kegiatan di desa itu aku akhirnya tau dia menyukaiku, lebih tepatnya menyayangiku. Apakah aku senang? Ya tentu saja karena aku pun begitu. Tapi aku selalu menyadari kami sangat berbeda. Berbeda pada titik terjauh. Aku takkan pernah bisa memilikinya, atau mungkin saat ini aku seakan-akan hanya sedang merasa memilikinya? Iya, karena dia selalu ada, dia di sisiku saat ini, dia yang bisa kutemui kapan pun yang ku mau, aku membutuhkannya saat ini seperti udara yang ku butuhkan untuk bernafas, dia yang mengisi hari-hariku, menghapus luka lama, menyayangiku dengan setulus hati dan menjagaku semampunya. Aku tau ini hanya mimpi, suatu hari aku harus terbangun dari mimpi ini, menjalani kenyataan yang menyakitkan, aku tidak ingin terbangun, aku ingin selalu berada dalam mimpi ini, membawanya lebih dekat, tak ada perbedaan yang menghalangi, di mana aku dengannya dapat menjadi kita. Tapi aku memang harus terbangun suatu hari nanti, ku harap aku bisa bermimpi selama mungkin, selama mungkin bersamanya, berharap mimpiku menjadi nyata dan tak perlu takut untuk bangun. Atau apakah aku tidak perlu bangun? Tapi mimpi itu ilusi, fana, tidak nyata, sedangkan dia terlalu nyata buatku, kenyataan yang fana. Tuhan, mengapa harus serumit ini? Mengapa harus dia? Mengapa dalam kondisi kami yang sangat berbeda? Apakah boleh dia yang bukan hamba-Mu mencintaiku? Aku tau semua tidak ada yang kebetulan. Apakah bisa aku menggenggamnya selamanya? Atau saat ini aku hanya menunggu waktu untuk melepaskan genggamannya? Aku percaya takdirMu yang terbaik :’)


NB: berdasarkan kisah nyata seseorang yang tidak perlu tau siapa.

Rabu, 08 Juli 2015

Hari di akhir Desember

Pagi, terima kasih sudah datang membangunkanku. Aku sudah sangat lelah terlelap dan bermimpi. Walaupun aku masih tak bisa menghindari sang malam yang akan selalu memaksa kedua kelopak mata tertutup dan kembali bermimpi. Senang rasanya kau hadiahi sebuah hari yang cerah di akhir tahun ini yang kemudian menghadirkan hari-hari indah kedepannya. Mimpi burukku sudah berakhir kan? Sudah cukup yah. Rasanya sudah lama tak menghirup udara pagi sesegar ini. Masa bodoh dengan jalur air mataku yang belum mengering, setidaknya senyuman itu sudah kembali. Senyuman yang sekian lama pudar, kehadiran jiwa dan tawa seseorang yang lama hilang kini sudah kutemukan kembali adanya. Raga yang belum lama kulihat seperti patung, kosong, tak bernyawa, kini sudah bisa kurasakan lagi hangat sentuhannya. Terima kasih untuk Yang Maha Pengasih, Engkau mengembalikannya untukku, untuk keluarga kami.

Aku rindu sekali dengannya. Aku rindu perdebatan yang biasa kulakukan dengannya yang tak jarang aku yang memenangkannya, bahkan dia sering rela mengalah untukku. Aku rindu merajuk kepadanya untuk mendapatkan apa saja yang ku inginkan. Aku rindu omelannya saat aku yang terlalu sibuk dengan urusan lain yang lupa akan kondisi tubuhku sendiri. Aku rindu segala tentangnya yang begitu menyayangiku, selalu ada untukku.

Dia yang seakan selalu cemburu dengan pacarku, selalu berusaha menjadi pria nomer satu yang ada di hatiku dan di setiap hariku. Dia yang sering menggombaliku layaknya aku kekasihnya. Menghubungiku ketika sehari saja aku tidak sedang tidur di rumah. Yang mencium keningku sepulangnya kerja. berbagi keluh kesah semalam suntuk.

Ku pikir aku takkan merasakannya lagi, nyatanya Engkau masih sangat baik padaku. Meski belum ku rasakan lagi seutuhnya seperti dulu, tapi ku yakin perlahan semua akan kembali lagi seperti sedia kala. Dia yang sudah mulai rewel, kembali berdebat denganku, kembali menyebalkan dan penuh kekhawatiran saat menanyakan keberadaanku. Kembali merasakan hangatnya peluk dan ciumnya. Mengusap hitam rambutnya yang kini sudah bercampur dengan abu-abu. Memegang erat pinggangnya ketika ia mulai lagi mengantarkanku ke terminal bis. Menghirup bau tembakau yang dilepas bersama hembusan nafasnya. Merengek meminta uang, berebut channel tv, semua hal tersebut perlahan kembali. (Papa)

Tebak siapa wanita yang super kuat yang ku miliki selama ini? Dia kembali tersenyum dan benar-benar tersenyum. Wajahnya terlihat lebih cantik sekarang, seakan bebannya kini telah lepas. Terima kasih Engkau menghadirkannya di tengah keluarga kami. Tanpanya aku pun takkan sekuat ini. Dia yang tak pernah putus asa berdoa dan berusaha tegar semampunya. Dia yang mampu berdiri dan berjalan saat kami tertatih, dia mampu menuntun dan menopang kami untuk tak menyerah dan berjalan bersisian dengannya. Terima kasih Engkau memberikannya hati yang tulus dan kuat, dia tak sedikitpun meninggalkan kami dalam kondisi apapun. Setidaknya banyak sekali kesempatan untuknya pergi sejauh mungkin, nyatanya dia yang berdiri paling tegak dan tetap bertahan. Kedua tangannya seraya mampu merengkuh segalanya. (Mama)

Dan saat kaki ini mencoba kembali berdiri, Engkau berikan seseorang yang mengulurkan tangannya, menarikku, dan menyeka sisa air mata yang masih membekas di pipi. Membawakanku hati yang baru, menghidupkan lagi semnagat yang mulai meredup, ikut menghadirkan kembali senyum yang semula pudar. Dia yang kau hadirkan disaat yang tepat, menggenggamku erat, dan mengajakku berjalan bersisian, menjadikanku sosok yang lebih tegar dari sebelumnya, lebih dewasa dari sebelumnya, menginspirasi hari-hariku, mengajakku berlari dan bermimpi setinggi-tingginya. Kini bersamanya menjadikan mimpi terasa lebih dekat, menggapainya terasa lebih bersemangat, dan bersamanya membuatku meninggalkan dunia pentas drama yang sebelumnya erat membalutku. Biar ku titipkan rasa cinta dan sayang ini kepada-Mu agar tidak mudah redup cahayanya, simpan di hatinya, biarkan rasa itu tertanam dan tumbuh subur di sana. mungkin tak perlu ribuan kali mengungkapkan isi hatiku kepadanya. Hanya ingin dia tau apapun kondisinya ku harap kita bisa tegar mengahadapinya, tidak mudah menyerah, dan tidak melepaaskan genggaman ini. Setidaknya dia tau dia luar biasa untukku, dan aku mencintainya. (Kamu)


Terima kasih Engkau masih memberikanku kesempatan untuk merasakan hari-hari bersama mereka. Tawa, tangis, suka, duka merupakan hal-hal yang tak bisa dihindari. Ada kalanya matahari kembali menari setelah hari dibajak badai yang tak ada ampun. Seperti hari ini, enam bulan sudah kebahagiaan ini kembali. Ketika roda kehidupan berputar, setidaknya aku tau roda tak statis, karna berputarnya roda membuat kita haruslah siap disegala posisinya. Mungkin saat ini kita di atas, tapi bersiaplah ketika roda berputar kebawah, jangan pernah terpuruk karena roda pun akan kembali berputar ke atas. Dan dalam kondisi apapun, baik di atas maupun di bawah, sang penggerak roda tak pernah berpaling. Dan setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Setiap tetes air mata pasti akan terganti dengan kebahagiaan. Itu janji-NyaJ

Hari di akhir Desember, yang segalanya berakhir, dan yang segalanya kembali. Dan ketika yang pergi digantikan dengan yang lebih baik.

Yang tersayang: Papa, Mama, Kamu ({})

Minggu, 31 Mei 2015

Asumsi Cinta

"Cinta seharusnya tak ada rasa sakit yang menyertainya".. banyak sekali kutipan seperti ini atau banyak sekali pemahaman seperti ini. Andai khalayak tau cinta tidak pernah disertai rasa sakit sedikitpun, hanya mungkin belum sampai benar pada pemahaman tentang cinta itu sendiri. Sebenarnya saat ada luka ataupun duka, cinta itu sendiri yang akan menghapusnya, karena cinta bukanlah transformasi dari rasa sakit melainkan penawar dari rasa sakit tersebut. Cinta, hawa nafsu, obsesi, kadang bedanya hanya setipis benang saja. Kita memang sering lalai, atau mungkin sering sok tau menilai dan mengartikan perasaan yang ada. Sebagai manusia memang berasumsi adalah hal yang tidak bisa terlepas dari dalam fikiran. Tak jarang yang menganggap cinta adalah sesuatu yang jahat, mengerikan, dan sesuatu yg rumit untuk dimengerti. Tapi menurutku cinta adalah hal yang sangat sederhana untuk dipahami, tetapi sangat sulit untuk dimiliki. Tak butuh fisik yang kuat untuk menggenggam cinta, tetapi hanya butuh hati yang lembut dan ikhlas. Cinta seharusnya tak ada sedikitpun unsur kemunafikan, pamrih, apalagi dendam. Apakah tulisanku terasa berlebihan? Sepertinya tidak. Kita bisa belajar apa itu cinta setidaknya dari tiga hal yang sangat erat kaitannya di dalam kehidupan kita. Cinta yang paling tinggi memang hanya untuk sang pencipta dan Baginda Rasulullah. Allah mencintai kita dan kita tau Allah tak pernah sesikitpun meninggalkan kita, dan betapa besar cintanya kepada kita, takkan pernah terhingga. Kemudian cintanya Baginda kita Nabi Muhammad SAW kepada para ummatnya, semua yang beliau lakukan untuk kita tak ada tandingannya, betapa tulusnya beliau mencintai kita. Kemudian kedua orangtua kita. Cinta yg takkan pernah bisa terbalaskan walaupun kita memberikan sebongkah emas setiap harinya seumur hidup kita. Kita bisa berkaca dari 3 cinta ini dan kita akan tau cinta memang luar biasa adanya. Cinta sedahsyat itu. Cinta bukan sesuatu yang mengerikan bukan?
Lalu bagaimana dengan kita? Selain mencintai 3 hal ini, apakah kita benar-benar memiliki cinta tersebut untuk seseorang yg (menurut kita) kita cintai? Cinta memang membutuhkan pengorbanan, dan pengorbanan itulah yng terasa sakit,kemudian cinta yang akan menghapus kesakitannya. 

Aku tau saat ini aku pun masih berusaha memiliki cinta itu. Kadang ingin sekali aku berjanji untuk tidak meninggalkan dia dalam keadaan apapun, menerima seluruh kekuarangannya, bertahan dalam keadaan apapun dengannya, selalu berada di sampingnya seberat apapun masalah yang sedang kami hadapi, meyakinkan dia bahwa akulah yang mampu menjadi rumahnya, bukan yang lain. Tapi apakah aku sanggup memegang janji tersebut? Entahlah, hati ini berteriak kencang menyanggupi, tapi mulut ini hanya kelu terdiam, mata hanya terpaku menatap. Mungkin memang cukup diriku dan Tuhan yang tau. Rasa sakit itu sering kali membalut, tapi ku pahami itu sebagai bagian dari perjuanganku. Tak perlu kupikirkan dulu apakan dia pantas atau tidak ku perjuangkan, nyatanya cinta tak menuntut sejauh mana orang yg patut untuk diperjuangkan. Aku sudah memilih lalu akan kulakukan sepenuh hati ini. 

Tuhan, aku ingin sekali memiliki cinta itu. Aku tidak pernah tau apakah perjuanganku ini sudah pada orang yang tepat tapi aku tak peduli, aku sudah meyakinkan hatiku. Aku tau Tuhan Kau Maha Membolak-balikan Hati, tapi bolehkah aku meminta-Mu untuk menetapkan hatiku lalu merekatkannya pada tempat yang saat ini memanglah tujuanku? Aku tidak bisa melawan takdirmu tetapi setidaknya aku bisa memintamu untuk meneguhkan hatiku. Berikan hatinya cinta seperti cinta yg selalu hadir di hatiku Tuhan. Tak ada tempat meminta kecuali kepada-Mu. Ketika aku minta yg terbaik, semoga Engkau membuatnya menjadi lebih baik dan pada akhirnya menjadi yang terbaik. Semoga besarnya cintaku Engkau hadirkan selalu di hatinya, biarkan larut dalam setiap aliran darahnya. Karena ku tau cinta dari-Mu tak pernah salah dan keliru. Maka cukuplah aku memintanya dari-Mu. Terima kasih Tuhan untuk semua rasa indah yg telah Engkau berikan kepada kami, ummat manusia :)

NB: Untuk kata-kata yang tak dapatku perbincangkan langsung denganmu, mungkin tulisan ini dapat menyampaikannya untukku..

Senin, 04 Mei 2015

Cinta, Film, dan Test TOEFL(?)



Menjalani suatu hubungan layaknya memainkan sebuah film atau drama yang memiliki setting-an alur. Akan ada permulaan, isi cerita dengan berbagai macam konflik dengan penyelesaiannya, kemudian bagian akhir sebagai penutup.

Permulaan cinta biasanya dilalui dengan berbagai hal yang manis dan menyenangkan, tetapi tak semunya memiliki permulaan yang semulus itu. Setiap orang memiliki grafik yang berbeda dalam setiap hubungan percintaan mereka. Mungkin banyak yang merasakan, semakin lama suatu hubungan, grafik bergerak naik, namun tak sedikit pula yang mengalami penurunan seiring berjalannya waktu, lalu bagaimana untuk mereka yang memiliki grafik naik turun? Yap! Berbahagialah karena percintaan kalian penuh warna, penuh pembelajaran, dan semoga grafik tersebut saat ini sedang naik. Hmm, untuk yang datar? Apa kalian sudah yakin yang kalian jalani adalah sebuah hubungan “cinta”?

Mari kita bandingkan percintaan dalam adegan film dan juga dalam kehidupan nyata. Dalam film, pastilah kita menemukan dua tipe grafik hubungan, naik dan naik-turun. Untuk grafik naik biasanya si pemeran akan bersakit-sakit dahulu lalu berbahagia di penghujungnya. Untuk yang memiliki grafik naik turun, si pemeran yang memiliki kisah percintaan yang sempurna kemudian mengalami konflik dan tetap berakhir bahagia, atau berakhir dengan air mata. Kemudian tak terlepas dari para penonton yang mengomentari alur cerita tersebut. Komentar pro dan kontra menjadi hal yang tak dapat dipisahkan dalam bagian ini, termasuk juga hikmah dari cerita yang dapat diambil oleh para penonton. Ya memang, kadang orang lainlah yang menjadikan kisah kita sebagai bahan pembelajaran mereka ketimbang kita yang menjadi pemeran utamanya.

Menurut saya, kisah cinta terlalu mainstream jika disamakan dengan drama, film, dan sejenisnya. Menjalin hubungan cinta seperti mengerjakan soal TOEFL. Ada beberapa macam bagian yang harus dilalui dan setiap bagiannya memiliki kesulitan yang berbeda. Tiga bagian seperti listening comprehension, structure and written expression, and reading comprehension. 

Dalam listening comprehension kita membutuhkan pendengaran, fokus, penalaran, serta pemahaman yang baik terhadap apa yang kita dengarkan, dan untuk menyelesaikan bagian ini kita membutuhkan strategi untuk mengatasi kesulitan yang akan kita temui sehingga kita dapat dengan mudah menyelesaikannya. Dalam hubungan percintaan juga terdapat bagian ini. Mendengarkan. Dalam bagian ini kita belajar menjadi pendengar yang baik, dan dengan mendengarkan, kita dapat belajar memahami dan mengerti pasangan kita. Sepertinya terlihat mudah, tetapi tak sedikit yang gagal dalam hal ini. Kurangnya pemahaman, penalaran, dan pengertian yang baik akan menimbulkan terjadinya miskomunikasi yang biasanya berujung kepada pertengkaran dan berakhirnya suatu hubungan. Butuh strategi agar tahap ini dapat ditangani dengan baik serta kerja sama antar pasangan layaknya kerja sama yang baik antara telinga, pikiran, dan tangan dalam menyelesaikan listening comprehension.

Di bagian selanjutnya ada structure and written expression. Pada bagian ini kita dituntut untuk tahu mana yang salah dan benar, dan juga mana yang paling tepat. Kita juga dituntut untuk mencari bagian atau kata mana yang salah dalam sebuah kalimat. Dalam hal ini dibutuhkan kecermatan, ketelitian, dan kecerdasan. Begitu juga dalam suatu hubungan, kita akan dihadapkan oleh pilihan-pilihan yang sulit, dimana kita diharuskan untuk memutuskan pilihan yang benar dan yang terbaik, membenarkan beberapa kekeliruan yang terjadi, serta mencermati apa yang mengganjal dan yang salah demi suatu hubungan yang kembali mulus dan berada pada jalurnya. Kita akan menemui beberapa hal yang sangat membingungkan untuk diselesaikan dan ditebak jalan keluarnya, seperti wajarnya soal yang sulit dan membingungkan dalam structure and written expression yang bukan berarti tidak ada jawaban yang tepat untuk itu, dan tentu saja kita dapat menggunakan strategi untuk menyelesaikan kesulitan-kesulitan tersebut.  Strategi umum dalam hal ini ialah tidak terburu-buru dalam bertindak dan memilih keputusan, fokus dengan apa yang sedang dihadapi, tenang saat menghadapinya, dan mampu menganalisa permasalahan yang terjadi agar dapat dengan mudah menemukan solusi dari permasalahan tersebut.

Terakhir adalah bagian reading comprehension. Membaca adalah bagian yang paling membutuhkan banyak waktu. Kita harus mengetahui ide pokok dari sebuah wacana, mencari bagian-bagian yang penting, mencermati apa yang banyak dibicarakan dalam topik tersebut, mencari penjelasan dari setiap wacana, manfaat atau makna dari yang tertulis, mencari persamaan kata, dan bahkan mencari perbedaan atau apa yang salah dalam wacana tersebut. Lalu apa kaitannya hubungan cinta dengan bagian ini? Dalam bagian ini kita akan mengenali seperti apa pasangan kita. Kita akan mendapat pengetahuan baru tentang pasangan kita seperti bagaimana sifat-sifatnya, bagaimana pola pikirnya, bagaimana cara menghadapinya, bagaimana kita memahaminya, bagaimana menyamakan atau menyandingkan pribadi kita dengan miliknya, dan segala macam yang berkaitan dengannya. Kita dapat dengan mudah melakukannya jika kita mengetahui strategi dalam menjalani hubungan seperti mencermati bagaimana dia mengemukakan pendapat, bagaiamana dia menghadapi suatu masalah, bagaimana dia menilai sesuatu, bagaimana cara dia bersosialisasi, dan sebagainya. Setiap orang akan memiliki strategi yang berbeda pada bagian ini. Bagian ini menjadi bagian yang terakhir sebagai pelengkap bagian-bagian sebelumnya. Semua membutuhkan strategi yang berbeda. Perjalanan cinta ini kurasa sangat tepat dianalogikan dengan TOEFL. Saat kita gagal dalam mengerjakan satu tes, maka dalam mengerjakan tes selanjutnya kita akan lebih banyak belajar bagaimana strategi yang tepat agar mendapatkan hasil yang jauh lebih baik. Dalam TOEFL yang gagal, kita juga akan menemui beberapa kesalahan, kesulitan, serta kecerobohan yang dapat kita evaluasi dan perbaiki untuk mengikuti tes berikutnya. Begitu seterusnya sampai kita mencapai hasil TOEFL yang memuaskan dan sesuai target. 


Jadi, mau dianalogikan seperti apa kisah cintamu? Setuju dengan analogiku? atau memiliki analogi yang lebih anti-mainstream


Hello Love..
Hello TOEFL..
Let’s be friend :)




Kamis, 26 Maret 2015

When "Galau" Comes to You

when "galau" comes to you, what should you do?
Banyak yang mencurahkannya di Jejaring sosial, curhat ketemen, jalan2, atau nangis sendiri di pojokan. Hmm apa itu bisa bikin galau kita hilang? Kayanya gak deh. mungkin sebagian orang ngerasa bisa hilang dengan itu, tpai saya yakin itu gak bener2 sepenuhnya hilang kan? yap, gak usah bohongin hati.
Sebetulnya galau itu adalah situasi dimana kita di antara dua pilihan dan bingung mau pilih mana yg terbaik. tapinkebanyakan artiin galau itu sedih atau yah yang bersangkutan dengan hati. Rasanya gimana? Nyesek sodara-sodara!Tapi apa iya dengan kita curhat di FB atau Twitter bikin galau kita ilang dan hati lega? Justru malah orang2 yang liat tulisan kita enek atau keganggu dan gak bkin tenang sama sekali. Kita cuma keliatan lemah dan....... ya silakan rasakan sendiri kalo ada orang yg galau dan nyampah dintimeline kita rasanya kaya apa.
kalo curhat sama temen? bisa sih. apa yakin dia bisa kasih solusi? ya kebanyakan bisa kok. tapi udah pasti galaunya bener2 ilang? kayanya ga juga tuh guys..
Cara yang ampuh itu "sholat&berdoa". Penguasa hati ini Allah, pembolak-balik hati ini Allah, jadi yang bisa dipercaya menangani masalah hati kita cuma Allah. Gak cuma bikin hati kita tenang, tapi kita juga bisa dapet jalan keluarnya. Kenapa ada galau, ya karna bisa bikin kita deket sama Allah. Kita bisa curhat hal yang memalukan sekalipun tanpa ada yang ngetawain, justru bikin kita plong. Yakin Allah pasti ngedengerin dan udah nyiapin jawaban yang indah buat kamu. Saya yakin itu!!
So.. gimana kamu mengatasi galaumu? berhasilkah?kalau belum coba saran saya. semoga bermanfaat guys

*di copy dari blog saya yang lama vinokioo.blogspot.com - 

Selasa, 18 Desember 2012


Ketika Gerbang Pembatas Itu Ku Taklukan

Cerita ini merupakan kisah nyata yang saya tulis untuk tugas salah satu mata kuliah di fakultas saya. tema yang diangkat adalah Feminisme. semoga kisah ini menginspirasi kita semua:) 

Saya adalah anak dari seorang kuli bangunan. Saya anak kedua dari tiga bersaudara, dua saudara saya laki-laki. Kakak saya bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah apartemen di kawasan Jakarta Selatan. Adik saya masih duduk di sekolah dasar. Di keluarga saya hanya saya yang merasakan manisnya perguruan tinggi, itu pun tidak saya dapatkan dengan mudah. Saya adalah orang betawi asli, dimana keluarga saya masih sangat kuno atau kolot. Anak perempuan yang masih perawan/belum bersuami benar-benar dijaga, setidaknya hanya jadi anak rumahan, sekolah pun rasanya tak perlu tinggi-tinggi, toh nyatanya saya hanya akan bekerja di rumah mengurus anak dan suami seperti ibu dan bibi-bibi saya yang lain. Entah apa yang merasuki pikiran saya waktu itu, saya ingin merasakan pendidikan yang lebih tinggi, saya tidak ingin hanya seperti ibu, ayah, dan kakak saya yang hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SMA saja. Saya diam-diam mengikuti program beasiswa dari salah satu universitas swasta yang jauh dari tempat tinggal saya. Semua tes saya ikuti dengan sebaik mungkin dan hasilnya saya lulus dan mendapatkan tempat tinggal gratis di asrama milik universitas tersebut. Betapa terkejutnya ibu dan ayah saya mendapat kabar kelulusan saya di sana. Mereka sangat melarang dan menginginkan saya membatalkannya karena saya harus tinggal jauh dari mereka, satu hal yang tidak bisa mereka terima mengingat saya adalah anak perempuan satu-satunya, menginap di rumah teman pun saya tidak pernah diizinkan, apalagi saya harus tinggal jauh dari mereka. Tak mudah meyakinkan mereka hingga akhirnya keluarga besar dan teman-teman saya meyakinkan mereka. Saya akhirnya diizinkan berkuliah di sana. Ternyata perjuangan saya tidak hanya sampai di sini. Ayah saya tidak bisa memberikan uang saku yang memadai untuk kebutuhan sehari-hari saya di sana. Setiap hari saya membantu salah satu teman saya berjualan roti cane, memang tidak banyak keuntungan yang saya dapatkan tapi setidaknya saya dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari saya di sana, saya pun hampir tidak pernah meminta uang lagi kepada ayah saya kecuali ada keperluan yang sangat genting. Saya juga selalu mengisi liburan semester saya dengan bekerja di sebuah kantin di kantor kecamatan, agar saya tetap memiliki uang jajan saat libur kuliah karena saat libur berarti saya tidak  bisa berjualan roti dan tak ada pemasukan.
                Setahun kemudian ibu saya meninggal dunia, semua terasa semakin sulit, adik saya entah siapa yang akan mengurus, ayah dan kakak saya pun terlalu bergantung kepada ibu, hanya saya yang diharapkan untuk mengurus mereka menggantikan ibu. Dari mulai memasak, mencuci dan mengurus kebutuhan mereka dan rumah hampir semua dilakukan oleh ibu. Saya semakin bimbang, apakah saya harus melepaskan pendidikan yang sudah saya tempuh hampir setengah jalan ini demi mengurus mereka? Sakit rasanya harus memilih, saya ingin melakukan keduanya, tetapi saya hanyalah manusia dengan segala keterbatasan. Sikap ayah dan kakak saya memang seperti menyudutkan saya, saya seperti tidak memiliki kesempatan untuk memilih, mereka seperti menuntut kodrat saya sebagai wanita yang seharusnya menggantikan peran ibu untuk mengurus mereka dan juga rumah tangga. Ini semua tidak adil menurut saya, saya pun punya kesempatan mencapai apa yang saya cita-citakan, saya berhak menyelesaikan studi saya di perguruan tinggi karena itu salah satu mimpi saya. Saya yakin Tuhan tidak tidur, Dia memang Maha Mendengar dan Maha Pengasih. Salah satu bibi saya bersedia mengurus adik saya, adik saya akan tinggal bersamanya dan akan pulang ke rumah saat akhir pekan, tetapi ayah tidak melepas adik saya untuk tinggal, dia ingin merawat adik saya. Selama itu dia tidak pergi bekerja, tak ada pemasukan, tak ada lagi kiriman uang, untuk makan mereka pun seadanya. Saya mencoba membujuk ayah untuk kembali bekerja karena kami butuh uang untuk makan dan biaya sekolah adik, persediaan uang juga semakin menipis. Akhirnya ayah mau kembali bekerja dan merelakan adik saya untuk tinggal bersama bibi.
                Di tahun kedua, beasiswa asrama saya berakhir, saya harus menyewa kamar kost, entah saya harus membayar uang sewa dari mana, saya pasrah. Tetapi saya yakin Tuhan selalu membantu saya. Tak lama kemudian, pemerintah mengeluarkan beasiswa untuk mahasiswa di seluruh Indonesia yang berada di jurusan Ekonomi Syariah. Saya sangat antusias mendapatkannya. Saya ikuti tes tertulis dan wawancara dengan sebaik mungkin. Tuhan Maha Baik. Dari ratusan orang hanya terpilih empat puluh orang saja, salah satunya adalah saya. Saya menerima beasiswa sepuluh juta rupiah, setidaknya saya merasa beban biaya perkuliahan dan biaya sewa kamar saya sudah teratasi, sisanya saya bisa tabung dan berbagi dengan adik. Dan sesudah saya menyelesaikan studi strata satu ini, saya bercita-cita untuk mengambil magister.
                Mungkin cerita saya tidak terlalu berkesan, tetapi saya merasa bisa melalu batas kotakan dan membuktikan bahwa perempuan Betawi bisa lebih maju dan berpendidikan tinggi. Tak masalah apapun rintangannya, saya percaya setiap mimpi selalu ada jalannya masing-masing. Saya membuktikan dengan segala keterbatasan saya, saya mampu mewujudkannya. Saya tidak peduli apakah saya wanita atau pria, dari suku mana saya berasal, tetapi saya yakin setiap manusia berhak mendapatkan apa yang ia cita-citakan tanpa memandang siapa dia.

                Kisah ini adalah kisah dari salah satu sahabat kecil saya. Banyak hal yang membuat saya terinspirasi darinya. Saya merasa harus selalu lebih banyak bersyukur akan kehidupan yang saya rasa jauh lebih baik darinya. Dia mengajarkan saya kekuatan mimpi, kerja keras, dan doa. Terima kasih sahabat. Engkau sungguh luar biasa. 

Teruntuk sahabatku, NM :*

Rabu, 28 Januari 2015

Cinta, Beritahu Aku!

Halo Cinta,
Aku masih tidak mengerti tentangmu. Yang aku tau kamu itu sebuah objek yang tidak bisa dilihat secara objektif, kamu juga sesuatu yang sangat kompleks, dan kamu adalah sesuatu yang sulit untuk dideskripsikan.

Cinta, apakah kamu memiliki banyak macam? Beritahu aku!
Apakah kamu sesuatu yang mudah dirasakan? Beritahu aku!
Apakah kamu sesuatu yang mudah datang dan pergi? Beritahu aku!
Apakah kamu sesuatu yang indah? Ataukah sesuatu yang menyakitkan? Beritahu aku!

Cinta, apakah aku salah jika merasakan kehadiranmu terlalu cepat? Aku merasakannya sekarang. Cinta jangan sembunyikan hal itu dariku, aku ingin tau apa yang kurasakan saat ini adalah nyata kamu. Aku sudah lelah menyalahartikanmu, aku bingung melihatmu yang senang sekali datang dan pergi dengan mudahnya, aku takut jika kamu saat ini hanya datang untuk berteduh sebentar kemudian berlalu. Apakah kamu senang menjahili? Atau malah aku yang sering salah menilaimu?

Cinta, mengapa orang-orang senang sekali mengatasnamakanmu dalam segala hal? Sedahsyat apakah dirimu hingga mampu membuat orang-orang begitu mengagungkanmu, beberapa jatuh sakit, dan tak sedikit yang mati karenamu? Cinta, apakah kamu sesuatu yang sangat berbahaya? Beritahu aku!

Cinta, aku tau sekarang kalau kamu benar-benar sesuatu yang luar biasa. Kamu bukan sesuatu yang bisa dipermainkan, bukan sesuatu yang sepele, bukan sesuatu yang sederhana, dan bukan pula sesuatu yang bisa dianggap remeh. 

Cinta, bisakah kali ini kamu hadir bukan hanya untuk sesaat? Bisakah kamu tidak pergi lagi? Bisakah kamu tetap berada di hatinya? Aku ingin selalu merasakan kehadiranmu saat bersamanya, aku tidak ingin kamu memudar seperti warna pada baju yang sering sekali dicuci, atau seperti permen karet yang hambar setelah sekian lama dikunyah, tapi aku ingin kamu hadir seperti air zamzam yang akan terus mengalir dari masa ke masa.

Cinta, selamat datang lagi di kehidupanku. Terima kasih sudah melembabkan kulit hatiku yang kering, menutup permukaan yang luka seperti sel-sel kulit yang baru. Aku tau aku harus lebih menjagamu, dan menjaga hadirmu, di hatinya.

NB: untukmu yang baru hadir

Rabu, 14 Januari 2015

Kandas

Apa sebab cinta kandas? Mungkin lebih tepatnya "apa sebab cintaku lagi-lagi kandas?" Ya seperti itulah keadaannya. Ini bukan masalah aku yang plin-plan dan mudah jenuh, tetapi ini semua masalah perasaan, kenyamanan, dan masa depan. Hei, usiaku saat ini sudah menginjak 21 tahun, akhir tahun ini angka dibelakang 2 akan berubah jadi kembar. Aku tau saat ini terlalu tua untuk bermain-main dengan cinta, tetapi juga terlalu muda untuk terlalu serius. Entah apa yang terjadi kemarin, tetapi aku yakin semua adalah rencana-Nya, semua sudah diatur sedemikian rupa oleh-Nya, aku sudah berusaha semampuku, tapi keraguan itu terus saja menggerogoti hati dan pikiranku. Sudah sepantasnya aku serahkan semua kepada-Nya. Dari awal aku menerimanya, aku sudah berserah diri kepada-Nya. Ya, aku istikhoroh. Semua terasa dipermudah hingga pertengahan tahun. Saat Idul Fitri pun kami diizinkan silaturrahmi lebih jauh, ku fikir jalan ku dengannya semakin dipermudah, hati ini semakin merasa yakin akan dirinya. 

Bulan-bulan selanjutnya masih terasa indah dan bahagia, meski tidak terlepas dari pertengkaran-pertengkaran kecil yang hadir di hari-hari kami. Tetapi mendekati akhir tahun keributan-keributan kecil itu sangat berdampak besar untukku, semakin kami bertengkar semakin ragu perasaanku terhadap dirinya. Ku panjatkan doa kepada Yang Maha Membolak-balikan Hati ini, ku cari jawaban atas semua keraguan ini. Ku diskusikan kepada keluarga, sahabat, dan pastinya dengan diriku sendiri. Ku ceritakan semua yang mengganjal. Dan pada akhirnya aku meminta ridho orang tua ku atas keputusan yang akan aku ambil. Mereka hanya mendoakan yang terbaik untukku. Aku rasa aku tidak menyesal sedikitpun dengan keputusan yang telah ku ambil. aku tau semua proses telah ku lalui, tidak gegabah, dan dengan kepala dingin. Aku yakin keputusan akhirku sudah benar. 

Setelah memutuskan kalau aku sudah tidak bisa melanjutkan hubungan ini, aku tau resiko apa yang akan aku terima. Ya, aku tau betul bagaimana resikonya. Aku tau aku kuat dan bisa melalui semuanya. Aku tau Allah lebih tau mana yang terbaik untuk hidupku.

Manusia memang hanya bisa berencana, berusaha, dan berdoa untuk itu, tetapi semuanya harus dikembalikan lagi kepada Sang Pengatur Takdir. Memang tidak mudah menerima bahwa apa yang kita miliki sekarang diambil lagi oleh Sang Maha Pemilik. Kita dipertemukan dengan seseorang mungkin tidak untuk kita miliki selamanya. Semua ada masanya. Mereka hadir bukan hanya sekedar untuk hal yang sia-sia. Mereka hadir sebagai pembelajaran hidup, dari tiap orang kita akan belajar hal yang berbeda untuk kita ambil hikmahnya. Rasa sakit bukan untuk melemahkan, tapi untuk menguatkan dan menyadarkan kita bahwa rasa itu akan membuat kita lebih tegar dan takkan ada lagi goresan luka yang sama.

Untuk kamu, semoga kamu mengerti bahwa kita memang tidak bisa menentukan takdir kita sendiri. Semua yang kita lalui tersimpan rapi dalam memoriku. Akan ada wanita yang sesuai untukmu dikemudian hari. Terima kasih sudah mau berjuang bersamaku, aku tau semua kejadian yang kita alami memberikan kita sebuah pelajaran hidup yang mendalam. Kamu baik, baik sekali, tetapi saat ini kamu bukan yang terbaik untuk diriku, begitu juga aku padamu. Dan.. aku tidak pernah peduli apa kata orang tentangku, tentangmu, dan tentang hubungan kita. Yang jelas semua cerita kita hanya kita yang tau :)

Aku. Yang pernah melintas di hatimu